Jumat, 02 Februari 2018

HASAN AL-BANNA

HASAN AL-BANNA
Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Pemikiran Islam Kontemporer
Dosen Pengampu : Sulaiman Afandi, M.A




Disusun Oleh
Sofwan Hilmy                                       16.0401.0031
Siti Kholifatul Karimah              16.0401.0047
Muhamad Abdul Latif                           16.0401.0049

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2018

BAB I PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang

Islam berkembang cepat dan memiliki akar yang begitu banyak. Tradisi Islam senantiasa memandang penyebaran Islam yang luar biasa ini sebagai bukti keajaiban dan kesahihan historis akan kebenaran al-Quran dan klaim-klaim Islam dan sebagai tanda adanya petunjuk dari Allah. Akan tetapi kolonialisme bangsa-bangsa Eropa pada abad ke-18 hingga pertengahan pertama abad ke-20 dan kegagahan selanjutnya dari banyak negara islam modern menyodorkan tantangan yang serius atas kepercayaan ini. Maka muncullah kelompok yang beranggapan bahwa Islam sudah tidak relevan lagi, namun disisi lain muncul juga kalangan yang menggunakan kembali kepada Islam yang kaffah dalam semua sisi kehidupan.
Islam adalah agama yang lengkap, Islam tidak memisahkan antara sesuatu yang duniawi dan ukhrawi, atau yang profane dan sacral. Islam meliputi segala sesuatu, sebagai way of life. Islam meliputi alam semesta, ekonomi, social politik, dengan konsepsi umum yang kemudian melahirkan banyak interpretasi. Tafsiran antar para pemikir beragam macamnya, termasuk dalam hal pemikiran politik.
Hasan al-Banna merupakan sosok pejuang islam yang relatif lengkap dan salah satu tokoh pergerakan besar Islam. Jama’ahnya yang bernama Ikhwanul Muslimin memberikan pengaruh yang banyak di berbagai penjuru dunia muslim. Zabir Rizq menyebutkan bahwa al-banna “sangat pantas didaulat sebagai pembaharu abad ke-14 Hijriyah”. Tokoh islam ini adalah pemimpin rakyat yang sampai saat ini belum seorang pun mampu menandinginya.  

B.     Rumusan Masalah

1.      Siapakah Hasan al-Banna?
2.      Bagaimana hasil pemikiran Hasan al-Banna?

BAB II PEMBAHASAN


A.     Biografi Hasan al-Banna

Hasan al-Banna dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1906 di desa Mahmudiyah kawasan Buhairah, Mesir. Nama lengkapnya adalah Hasan bin Ahmad bin Abdurrohman al-Banna. Pada usia 12 tahun, Hassan al-Banna telah hafal al-Qur’an. Ayahnya bernama Syaikh Ahmad al-Banna, beliau seorang ulama Fiqih dan Hadits. Hassan al-Banna menyelesaikan pendidikan dasarnya di Mahmudiyah kemudian menyempurnakan hafalannya di sekolah diniah al-Rasyad. Kemudian melanjutkan pendidikannya di Mu’allimin Awwaliyah Damanhur. Pada usia 16 tahun, ia telah menjadi mahasisiwa diperguruan tinggi Darul Ulum dan menamatkan pendidikannya disana.
Al-Banna adalah sosok pribadi mulia yang sangat berpengaruh dalam perjalanan sejarah bukan hanya pada bangsa Arab dan Islam, akan tetapi juga pada seluruh dunia hingga Amerika Serikat, Rusia, Afrika, bahkan ke jantung Eropa dan Australia. Ia dikenal sebagai pendakwah yang tidak biasa. Ia terkenal sangat tawadhu’ dikarenakan ia sering berdakwah di warung-warung kopi tempat orang-orang yang berpengetahuan rendah berkumpul untuk minum-minum kopi. Dan cara tersebut lebih efektif dilakukan dalam berdakwah.
Ia adalah pendiri dari Jama’ah Ikwanul Muslimin yang banyak memberikan pengaruh pada dunia. Ketika Ikhwanul Muslimin didirikan tahun 1928, pada saat itu Hassan al-Banna baru berusia 22 tahun dan bekerja sebagai guru. Gerakan ini merupakan gerakan paling berpengaruh pada abad 20 yang mengarahkan kembali masyarakat Muslim terhadap ajaran dan ketaatan agama Islam yang murni. Hassan al-Banna dalam gerakannya untuk mengubah mode intelektual elite menjadi gerakan popular yang kuat pengaruhnya pada interaksi antara agama dan politik, bukan saja di Mesir, namun juga di dunia Arab lainnya.
Sebelum mendirikan Ikhwanul Muslimin, al-Banna juga mendirikan sebuah jamaah sufi bernama Thariqah Hashafiyah dan Jamaah Syubban al-Muslimin. Metode yang diserukan Ikhwanul Muslimin bertumpu pada tarbiyah secara bertahap. Tahapan tersebut adalah membentuk pribadi muslim, keluarga muslim, masyarakat muslim, pemerintah muslim, Negara Islam, Khalifah Islam dan akhirnya menjadi Ustadziyatul ‘alam (kepeloporan dunia).
Dakwah beliau adalah mengajak manusia kepada Allah, mengajak untuk memberantas kebodohan. Dakwahnya mendapat sambutan luas dikalangan umat Islam Mesir. Pada masa peperangan Arab dan Yahudi, beliau memobilisasi mujahid-mujahid binaannya. Bahkan beberapa waktu setelah itu, Hassan al-Banna, selaku pemimpin Ikhwanul Muslimin menemui syahidnya.  Ia memperperjuangkan islam menurut al-Qur’an sampai akhirnya dibunuh oleh penembak misterius yang oleh banyak kalangan diyakini sebagai penembak “titipan” pemerintah pada 12 Februari 1949 di Kairo.
Diatara karya penerus perjuangan beliau yang terkenal adalah Fi Dzilalil Qur’an karya Sayyid Quthb. Sebuah kitab tafsir al-Qur’an yang sangat berbobot di zaman kontemporer ini. Hassan al-Banna dikenal memiliki dampak yang besar dalam pemikiran Islam modern. Ia menyerukan larangan semua pengaruh Barat dari pendidikan dan memerintahkan semua sekolah dasar harus menjadi bagian dari masjid. Dia juga menginginkan larangan partai politik dan lembaga demokrasi lainnya dari Syura dan ingin pejabat pemerintah belajar agama sebagai pendidikan utama.

B.     Hasil Pemikiran Hassan Al-Banna Terhadap Gerakan Ikhwanul Muslimin.

Hassan al-banna merupakan seorang pembaharu abad kedua puluh. Semasa hidupnya, beliau berpikir keras terhadap berbagai permasalahan dunia islam dan terhadap keadaan umat islam. Terutama masalah konspiarasi terhadap Negara Islam.
Hassan al-Banna berusaha mengumpulkan para ulama dan pemimpin untuk sebuah proyek kerja besar, yakni meneruskan kembali kehidupan Islam dan membebaskan Negara-negara islam dari kaum penjajah. Beliau melihat mayoritas kaum muslimin dalam keadaan kehilangan semangat dan ketakutan. Beliau berinisiatif dimulai dari dirinya sendiri untuk bekerja, mengumpulkan dan menyusun rencana. Dengan beberapa suara Muslimnya, beliau mendirikan Jamaah Ikhwanul Muslimin di daerah Ismailiyah. Adapun sumbangan beliau anatara lain adalah:

1.      Bidang Pendidikan

Pendidikan merupakan hal terpenting bagi terwujudnya suatu perubahan dan pembinaan Umat. Mesir ketika itu terjadi dikotomi pendidikan secara operasional, yaitu pendidikan umum yang dikelola oleh pemerintah dan pendidikan agama yang dikelola swasta. Dikotomi ini dikhawatirkan akan membawa kepada pemisahan antara pengetahuan agama dan umum. Padahal menurut Al-Banna, Islam cukup mencakup segala aspek di mana satu dengan lainnya saling terkait dan terintegral. Dalam rangka mengantisipasi persoalan tersebut, Al-Banna melontarkan gagasan berupa  pendirian sekolah khusus al-Ikhwan al- Muslimun dengan kurikulum yang ekslusif sebagai follow up dari gagasan tersebut, didirikan madrasah al-tahzib li Ikhwan al-muslimin, dengan kurikulum yang mencakup: materi al-Quran, hadis, aqidah, ibadah, akhlak, sejarah Islam dan tokoh-tokoh salaf, dan latihan pidato. Kedua berkaitan dengan lembaga pendidikan yang ada, baik yang dikelola pemerintah dan swasta. Al-Banna mengusulkan perbaikan kurikulum dengan memasukkan pendidikan agama. Kurikulum tersebut mencakup pembangkitan semangat nasional, pembinaan moral yang luhur. Usulan yang diajukan al-Banna adalah dimasukkan pelajaran agama di segala tingkat pendidikan, pemisahan peserta didik antara perempuan dan laki-laki dan dimasukkan ilmu pengetahuan praktis yang memberikan kontribusi dalam pelbagai penemuan bagi kepentingan bangsa dan negara.
Adapun tujuan pendidikan yang dicanangkan al-Banna dengan kurikulum tersebut di atas adalah pembentukan pribadi muslim yang mempunyai dedikasi tinggi, dan mempunyai  semangat untuk melakukan perubahan di mana ia berada, dan tidak menyerah dengan kondisi yang ada. Di samping itu, para lulusannya diharapkan juga memiliki daya pikir yang tinggi, moral yang mulia dan fisik yang kuat. Untuk itu, pedidikan tidak hanya dilaksanakan dalam kelas tetapi terdapat juga pelatihan yang dilakukan di luar kelas yang informal sifatnya.

2.      Politik

Beliau tidak diragukan lagi dalam berdakwah. Beliau berkomitmen dengan Islam, baik secara aqidah, syariah dan sistem kehidupan. Beliau menjelaskan dakwah dengan berbagai sisi: politis, dakwah, gerakan, penyusunan strategi dan ekonomi. Beliau adalah pemimpin politik yang ditakuti masyarakat banyak. Beliau memiliki pemahaman politik Islam. (Fiqih Siyasi Islami) yang dipahami dari pemahaman kalangan intelektual dan ulama islam.
Beliau menegaskan bahwa islam adalah agama yang komprehensif, mencakup semua aspek kehidupan umat manusia. Beliau juga mengkritik paham sekularisme yang mendikotomi antara otoritas agama dengan otoritas politik dan pemerintahan. Beliau mengungkapakan bahwa gerakan islam manapun yang tidak menyertakan permasalahan politik dan pemerintah dalam progam mereka, maka pergerakan tersebut belum pantas dinamakan gerakan islam dalam konsep pemahaman islam yang komprehensif.
Dalam konferensi para mahasiswa Ikhwanul Muslimin yang diselenggarakan pada bulan Muharrom tahun 1357 H, beliau menyampaikan “ Dengan lantang saya kumandangkan bahwa keislaman seorang Muslim belum sempurna, hingga ia memahami masalah politik, mendalami persoalan-persoalan aktual yang menimpa umat islam serta perhatian dan kepedulian terhadap masalah keumatan. Dalam kesempatan ini dengan lantang saya ungkapkan bahwa pendikotomian agama dengan politik tidak diakui oleh islam. Karena setiap pergerakan Islam sejak awal harus meletakkan misi dan progamnya menyangkut masalah kepedulian terhadap problematika politik umat. Karena bila tidak, berarti pergerakan islam tersebut mesti mengkaji pemahaman konsep Islam mereka kembali”.

3.      Ekonomi

Seiring dengan semakin maraknya aroma kebangkitan yang dilandasi oleh nilai-nilai islam, nama al-Banna kembali dipopulerkan. Hassan al-Banna menekankan pada produktivitas kerja dan kestabilan perekonomian sector riil ditopang dari produktivitas kerja itu sendiri. Hal ini selaras dengan dengan perintah Allah dan Rosul-Nya, “Dan katakanlah. Bekerjalah kalian maka Allah dan Rosul-Nya, dan orang-orang mukmin akam melihat pekerjaan itu, dan kalian akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. (at-taubah :105).”
Menurut beliau yang paling penting adalah memerangi dan mengharamkan riba. Dan menyerukan untuk menghancurkan berbagai system yang dibangun diatasnya. Beliau memberikan contoh dari yang paling sederhana yaitu menghapuskan bunga atau interest dalam pelbagai proyek ekonomi secara khusus. 

4.      Bidang Pembaharuan

Hasan al-Banna dan juga pembaharu Islam lainnya seperti Jamaluddin Al-Afgani dan Muhammad Abduh meyakini bahwa kelemahan dan kerentanan muslim terhadap dominasi Eropa disebabkan penyimpangan kaum muslimin dari Islam sejati. Untuk membangkitkan Mesir, kaum muslimin harus kembali memahami dan hidup menurut Islam seperti yang ditegaskan dalam Alqur’an dan Sunnah.
Subordinasi politik dunia muslim membuat mereka rentan terhadap pengaruh budaya Eropa. Banna yakin bahwa peradaban Eropa terdiri atas ateisme, ketidakbermoralan, egoisme individu dan kelas serta riba. Dia menyebut budaya Eropa sebagai budaya materialistis yang mengutangi kaum muslimin agar dapat mengendalikan ekonomi muslim. Banna berpendapat bahwa ulama Azhar juga ikut bertanggung jawab atas pemahaman Islam kaum muslimin yang keliru itu. Solusi untuk berbagai problem politik, ekonomi, dan budaya Mesir terletak pada gerakan kembali ke Islam. Islam merupakan tatanan lengkap bagi semua segi eksistensi manusia.
Banna percaya bahwa agama hanyalah bagian dari Islam yang juga menggariskan prilaku manusia dalam kehidupan keseharian. Sesungguhnya Islam menawarkan satu-satunya jalan kebahagiaan. Karena Islam adalah jalan Allah untuk semua ummat manusia, maka kaum muslim tidak boleh hanya berpegang pada ajarannya saja,namun juga harus menyebar rahmatnya ke seluruh manusia, yaitu pada akhirnya membawa seluruh dunia ke pangkuan Islam.
Lebih lanjut, Banna mengemukakan, pemahaman yang benar tentang Islam mensyaratkan pengenalan al-Qur’an dan sunnah, dua sumber otoritatif untuk menetapkan peraturan Islam untuk setiap keadaan. Kaum muslimin mempelajari kitab suci agar dapat mendasarkan keselarasan mereka dengan Islam pada pemahaman bukannya pada ketaatan kepada otoritas agama. Ia mengakui bahwa orang bisa saja sering berselisih soal hal-hal kecil dalam hukum, namun dia berpendapat bahwa perselisihan seperti itu hendaknya tidak menimbulkan permusuhan di kalangan kaum muslim. Untuk memperkecil perselisihan, kaum muslim hendaknya tidak mendiskusikan soal-soal khilafah, karena tak ada nilai praktisnya.

5.      Bidang Teologi

Tentang iman, Banna berpendapat bahwa siapa pun bisa disebut muslim, kalau dia mengaku percaya pada Allah dan kenabian Muhammad, berbuat sesuai kepercayaannya itu, dan menunaikan kewajiban agama. Sedangkan kafir adalah orang-orang yang terang-terangan menyatakan murtad, mengingkari keyakinan dan praktek lazim yang dikenal Islam.
Tentang relevansi Islam dengan persoalan duniawi, Banna berpendapat bahwa Islam mendorong keterlibatan aktif di dunia, termasuk penyelidikan ilmiah atas alam yang membawa kemajuan teknologi. Islam tak bertentangan dunia ilmu pengetahuan



BAB III KESIMPULAN


Hasan al-Banna dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1906 di desa Mahmudiyah kawasan Buhairah, Mesir. Nama lengkapnya adalah Hasan bin Ahmad bin Abdurrohman al-Banna. kemudian menyelesaikan pendidikan dasarnya di Mahmudiyah kemudian menyempurnakan hafalannya di sekolah diniah al-Rasyad, dan pendidikannya di Mu’allimin Awwaliyah Damanhur. Pada usia 16 tahun, ia telah menjadi mahasisiwa diperguruan tinggi Darul Ulum dan menamatkan pendidikannya disana. Ia adalah pendiri dari Jama’ah Ikwanul Muslimin yang banyak memberikan pengaruh pada dunia.
Hassan al-banna merupakan seorang pembaharu abad kedua puluh. Semasa hidupnya, beliau berpikir keras terhadap berbagai permasalahan dunia islam dan terhadap keadaan umat islam.
Padahal menurut Al-Banna, Islam cukup mencakup segala aspek di mana satu dengan lainnya saling terkait dan terintegral. Dalam rangka mengantisipasi persoalan tersebut, Al-Banna melontarkan gagasan berupa  pendirian sekolah khusus al-Ikhwan al- Muslimun dengan kurikulum yang ekslusif.
Beliau berkomitmen dengan Islam, baik secara aqidah, syariah dan sistem kehidupan. Beliau menjelaskan dakwah dengan berbagai sisi: politis, dakwah, gerakan, penyusunan strategi dan ekonomi. Beliau memiliki pemahaman politik Islam. (Fiqih Siyasi Islami) yang dipahami dari pemahaman kalangan intelektual dan ulama islam.
Hassan al-Banna menekankan pada produktivitas kerja dan kestabilan perekonomian sector riil ditopang dari produktivitas kerja itu sendiri.
Hasan al-Banna dan juga pembaharu Islam lainnya seperti Jamaluddin Al-Afgani dan Muhammad Abduh meyakini bahwa kelemahan dan kerentanan muslim terhadap dominasi Eropa disebabkan penyimpangan kaum muslimin dari Islam sejati. Banna percaya bahwa agama hanyalah bagian dari Islam yang juga menggariskan prilaku manusia dalam kehidupan keseharian.

DAFTAR PUSTAKA


Al-Khatib, Muhammad A. 2006. Pahlawan itu bernama Al-Banna. Depok: Pustaka Nauka



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Tentang, Aku, Kau dan Ilmu

بسم الله الرحمن الرحيم   Syarat-syarat mencari ilmu اَلاَ لاَتَنَالُ الْعِلْمَ اِلاَّ بِسِتَّةٍ # سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِب...

Popular