HASAN AL-BANNA
Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Pemikiran Islam Kontemporer
Dosen Pengampu : Sulaiman Afandi, M.A
Disusun Oleh
Sofwan Hilmy 16.0401.0031
Siti Kholifatul Karimah 16.0401.0047
Muhamad Abdul Latif 16.0401.0049
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2018
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam berkembang cepat dan memiliki
akar yang begitu banyak. Tradisi Islam senantiasa memandang penyebaran Islam
yang luar biasa ini sebagai bukti keajaiban dan kesahihan historis akan
kebenaran al-Quran dan klaim-klaim Islam dan sebagai tanda adanya petunjuk dari
Allah. Akan tetapi kolonialisme bangsa-bangsa Eropa pada abad ke-18 hingga
pertengahan pertama abad ke-20 dan kegagahan selanjutnya dari banyak negara
islam modern menyodorkan tantangan yang serius atas kepercayaan ini. Maka
muncullah kelompok yang beranggapan bahwa Islam sudah tidak relevan lagi, namun
disisi lain muncul juga kalangan yang menggunakan kembali kepada Islam yang
kaffah dalam semua sisi kehidupan.
Islam adalah agama yang lengkap, Islam
tidak memisahkan antara sesuatu yang duniawi dan ukhrawi, atau yang profane dan
sacral. Islam meliputi segala sesuatu, sebagai way of life. Islam
meliputi alam semesta, ekonomi, social politik, dengan konsepsi umum yang kemudian
melahirkan banyak interpretasi. Tafsiran antar para pemikir beragam macamnya,
termasuk dalam hal pemikiran politik.
Hasan al-Banna merupakan sosok pejuang islam yang relatif lengkap dan salah satu tokoh pergerakan besar Islam. Jama’ahnya yang bernama Ikhwanul Muslimin
memberikan pengaruh yang banyak di berbagai penjuru dunia muslim. Zabir Rizq
menyebutkan bahwa al-banna “sangat pantas didaulat sebagai pembaharu abad ke-14
Hijriyah”. Tokoh islam ini adalah pemimpin rakyat yang sampai saat ini belum seorang
pun mampu menandinginya.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Hasan al-Banna?
2. Bagaimana
hasil pemikiran Hasan al-Banna?
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Hasan al-Banna
Hasan
al-Banna dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1906 di desa Mahmudiyah kawasan
Buhairah, Mesir. Nama lengkapnya adalah Hasan bin Ahmad bin Abdurrohman
al-Banna. Pada usia 12 tahun, Hassan al-Banna telah hafal al-Qur’an. Ayahnya
bernama Syaikh Ahmad al-Banna, beliau seorang ulama Fiqih dan Hadits. Hassan
al-Banna menyelesaikan pendidikan dasarnya di Mahmudiyah kemudian
menyempurnakan hafalannya di sekolah diniah al-Rasyad. Kemudian melanjutkan
pendidikannya di Mu’allimin Awwaliyah Damanhur. Pada usia 16 tahun, ia telah
menjadi mahasisiwa diperguruan tinggi Darul Ulum dan menamatkan pendidikannya
disana.
Al-Banna adalah sosok pribadi mulia yang sangat berpengaruh dalam
perjalanan sejarah bukan hanya pada bangsa Arab dan Islam, akan tetapi juga
pada seluruh dunia hingga Amerika Serikat, Rusia, Afrika, bahkan ke jantung
Eropa dan Australia. Ia dikenal sebagai pendakwah yang tidak biasa. Ia terkenal
sangat tawadhu’ dikarenakan ia sering berdakwah di warung-warung kopi tempat
orang-orang yang berpengetahuan rendah berkumpul untuk minum-minum kopi. Dan
cara tersebut lebih efektif dilakukan dalam berdakwah.
Ia adalah pendiri dari Jama’ah Ikwanul Muslimin yang banyak memberikan
pengaruh pada dunia. Ketika Ikhwanul Muslimin didirikan tahun 1928, pada saat
itu Hassan al-Banna baru berusia 22 tahun dan bekerja sebagai guru. Gerakan ini
merupakan gerakan paling berpengaruh pada abad 20 yang mengarahkan kembali
masyarakat Muslim terhadap ajaran dan ketaatan agama Islam yang murni. Hassan
al-Banna dalam gerakannya untuk mengubah mode intelektual elite menjadi gerakan
popular yang kuat pengaruhnya pada interaksi antara agama dan politik, bukan
saja di Mesir, namun juga di dunia Arab lainnya.
Sebelum mendirikan Ikhwanul Muslimin, al-Banna juga mendirikan sebuah
jamaah sufi bernama Thariqah Hashafiyah dan Jamaah Syubban al-Muslimin. Metode
yang diserukan Ikhwanul Muslimin bertumpu pada tarbiyah secara bertahap.
Tahapan tersebut adalah membentuk pribadi muslim, keluarga muslim, masyarakat
muslim, pemerintah muslim, Negara Islam, Khalifah Islam dan akhirnya menjadi
Ustadziyatul ‘alam (kepeloporan dunia).
Dakwah beliau adalah mengajak manusia kepada Allah, mengajak untuk
memberantas kebodohan. Dakwahnya mendapat sambutan luas dikalangan umat Islam
Mesir. Pada masa peperangan Arab dan Yahudi, beliau memobilisasi
mujahid-mujahid binaannya. Bahkan beberapa waktu setelah itu, Hassan al-Banna,
selaku pemimpin Ikhwanul Muslimin menemui syahidnya. Ia memperperjuangkan islam menurut al-Qur’an
sampai akhirnya dibunuh oleh penembak misterius yang oleh banyak kalangan
diyakini sebagai penembak “titipan” pemerintah pada 12 Februari 1949 di Kairo.
Diatara karya penerus perjuangan beliau yang terkenal adalah Fi Dzilalil
Qur’an karya Sayyid Quthb. Sebuah kitab tafsir al-Qur’an yang sangat berbobot
di zaman kontemporer ini. Hassan al-Banna dikenal memiliki dampak yang besar
dalam pemikiran Islam modern. Ia menyerukan larangan semua pengaruh Barat dari
pendidikan dan memerintahkan semua sekolah dasar harus menjadi bagian dari
masjid. Dia juga menginginkan larangan partai politik dan lembaga demokrasi
lainnya dari Syura dan ingin pejabat pemerintah belajar agama sebagai
pendidikan utama.
B. Hasil
Pemikiran
Hassan Al-Banna Terhadap Gerakan Ikhwanul Muslimin.
Hassan
al-banna merupakan seorang pembaharu abad kedua puluh. Semasa hidupnya, beliau
berpikir keras terhadap berbagai permasalahan dunia islam dan terhadap keadaan
umat islam. Terutama masalah konspiarasi terhadap Negara Islam.
Hassan al-Banna berusaha mengumpulkan para ulama dan pemimpin untuk
sebuah proyek kerja besar, yakni meneruskan kembali kehidupan Islam dan
membebaskan Negara-negara islam dari kaum penjajah. Beliau melihat mayoritas
kaum muslimin dalam keadaan kehilangan semangat dan ketakutan. Beliau
berinisiatif dimulai dari dirinya sendiri untuk bekerja, mengumpulkan dan
menyusun rencana. Dengan beberapa suara Muslimnya, beliau mendirikan Jamaah
Ikhwanul Muslimin di daerah Ismailiyah. Adapun sumbangan beliau anatara lain
adalah:
1. Bidang Pendidikan
Pendidikan merupakan hal terpenting
bagi terwujudnya suatu perubahan dan pembinaan Umat. Mesir ketika itu terjadi
dikotomi pendidikan secara operasional, yaitu pendidikan umum yang dikelola
oleh pemerintah dan pendidikan agama yang dikelola swasta. Dikotomi ini
dikhawatirkan akan membawa kepada pemisahan antara pengetahuan agama dan umum. Padahal
menurut Al-Banna, Islam cukup mencakup segala aspek di mana satu dengan lainnya
saling terkait dan terintegral. Dalam rangka mengantisipasi persoalan tersebut,
Al-Banna melontarkan gagasan berupa pendirian sekolah khusus al-Ikhwan
al- Muslimun dengan kurikulum yang ekslusif sebagai follow up dari gagasan
tersebut, didirikan madrasah al-tahzib li Ikhwan al-muslimin, dengan kurikulum
yang mencakup: materi al-Quran, hadis, aqidah, ibadah, akhlak, sejarah Islam
dan tokoh-tokoh salaf, dan latihan pidato. Kedua berkaitan dengan lembaga
pendidikan yang ada, baik yang dikelola pemerintah dan swasta. Al-Banna
mengusulkan perbaikan kurikulum dengan memasukkan pendidikan agama. Kurikulum
tersebut mencakup pembangkitan semangat nasional, pembinaan moral yang luhur.
Usulan yang diajukan al-Banna adalah dimasukkan pelajaran agama di segala
tingkat pendidikan, pemisahan peserta didik antara perempuan dan laki-laki dan
dimasukkan ilmu pengetahuan praktis yang memberikan kontribusi dalam pelbagai
penemuan bagi kepentingan bangsa dan negara.
Adapun tujuan pendidikan yang
dicanangkan al-Banna dengan kurikulum tersebut di atas adalah pembentukan
pribadi muslim yang mempunyai dedikasi tinggi, dan mempunyai semangat
untuk melakukan perubahan di mana ia berada, dan tidak menyerah dengan kondisi
yang ada. Di samping itu, para lulusannya diharapkan juga memiliki daya pikir
yang tinggi, moral yang mulia dan fisik yang kuat. Untuk itu, pedidikan tidak
hanya dilaksanakan dalam kelas tetapi terdapat juga pelatihan yang dilakukan di
luar kelas yang informal sifatnya.
2.
Politik
Beliau tidak diragukan
lagi dalam berdakwah. Beliau berkomitmen dengan Islam, baik secara aqidah,
syariah dan sistem kehidupan. Beliau menjelaskan dakwah dengan berbagai sisi:
politis, dakwah, gerakan, penyusunan strategi dan ekonomi. Beliau adalah
pemimpin politik yang ditakuti masyarakat banyak. Beliau memiliki pemahaman
politik Islam. (Fiqih Siyasi Islami) yang dipahami dari pemahaman kalangan
intelektual dan ulama islam.
Beliau menegaskan
bahwa islam adalah agama yang komprehensif, mencakup semua aspek kehidupan umat
manusia. Beliau juga mengkritik paham sekularisme yang mendikotomi antara
otoritas agama dengan otoritas politik dan pemerintahan. Beliau mengungkapakan
bahwa gerakan islam manapun yang tidak menyertakan permasalahan politik dan
pemerintah dalam progam mereka, maka pergerakan tersebut belum pantas dinamakan
gerakan islam dalam konsep pemahaman islam yang komprehensif.
Dalam konferensi para mahasiswa Ikhwanul
Muslimin yang diselenggarakan pada bulan Muharrom tahun 1357 H, beliau
menyampaikan “ Dengan lantang saya kumandangkan bahwa keislaman seorang Muslim
belum sempurna, hingga ia memahami masalah politik, mendalami persoalan-persoalan
aktual yang menimpa umat islam serta perhatian dan kepedulian terhadap masalah
keumatan. Dalam kesempatan ini dengan lantang saya ungkapkan bahwa
pendikotomian agama dengan politik tidak diakui oleh islam. Karena setiap
pergerakan Islam sejak awal harus meletakkan misi dan progamnya menyangkut
masalah kepedulian terhadap problematika politik umat. Karena bila tidak,
berarti pergerakan islam tersebut mesti mengkaji pemahaman konsep Islam mereka
kembali”.
3.
Ekonomi
Seiring dengan semakin
maraknya aroma kebangkitan yang dilandasi oleh nilai-nilai islam, nama al-Banna
kembali dipopulerkan. Hassan al-Banna menekankan pada produktivitas kerja dan
kestabilan perekonomian sector riil ditopang dari produktivitas kerja itu
sendiri. Hal ini selaras dengan dengan perintah Allah dan Rosul-Nya, “Dan
katakanlah. Bekerjalah kalian maka Allah dan Rosul-Nya, dan orang-orang mukmin
akam melihat pekerjaan itu, dan kalian akan dikembalikan kepada (Allah) yang
mengetahui yang ghaib dan yang nyata. (at-taubah :105).”
Menurut beliau yang paling penting adalah
memerangi dan mengharamkan riba. Dan menyerukan untuk menghancurkan berbagai
system yang dibangun diatasnya. Beliau memberikan contoh dari yang paling
sederhana yaitu menghapuskan bunga atau interest dalam pelbagai proyek ekonomi
secara khusus.
4. Bidang Pembaharuan
Hasan al-Banna dan juga pembaharu Islam
lainnya seperti Jamaluddin Al-Afgani dan Muhammad Abduh meyakini bahwa
kelemahan dan kerentanan muslim terhadap dominasi Eropa disebabkan penyimpangan
kaum muslimin dari Islam sejati. Untuk membangkitkan Mesir, kaum muslimin harus
kembali memahami dan hidup menurut Islam seperti yang ditegaskan dalam Alqur’an
dan Sunnah.
Subordinasi politik dunia muslim membuat
mereka rentan terhadap pengaruh budaya Eropa. Banna yakin bahwa peradaban Eropa
terdiri atas ateisme, ketidakbermoralan, egoisme individu dan kelas serta riba.
Dia menyebut budaya Eropa sebagai budaya materialistis yang mengutangi kaum
muslimin agar dapat mengendalikan ekonomi muslim. Banna berpendapat bahwa ulama
Azhar juga ikut bertanggung jawab atas pemahaman Islam kaum muslimin yang
keliru itu. Solusi untuk berbagai problem politik, ekonomi, dan budaya Mesir terletak
pada gerakan kembali ke Islam. Islam merupakan tatanan lengkap bagi semua segi
eksistensi manusia.
Banna percaya bahwa agama hanyalah bagian dari
Islam yang juga menggariskan prilaku manusia dalam kehidupan keseharian.
Sesungguhnya Islam menawarkan satu-satunya jalan kebahagiaan. Karena Islam
adalah jalan Allah untuk semua ummat manusia, maka kaum muslim tidak boleh
hanya berpegang pada ajarannya saja,namun juga harus menyebar rahmatnya ke
seluruh manusia, yaitu pada akhirnya membawa seluruh dunia ke pangkuan Islam.
Lebih lanjut, Banna mengemukakan, pemahaman
yang benar tentang Islam mensyaratkan pengenalan al-Qur’an dan sunnah, dua
sumber otoritatif untuk menetapkan peraturan Islam untuk setiap keadaan. Kaum
muslimin mempelajari kitab suci agar dapat mendasarkan keselarasan mereka
dengan Islam pada pemahaman bukannya pada ketaatan kepada otoritas agama. Ia
mengakui bahwa orang bisa saja sering berselisih soal hal-hal kecil dalam
hukum, namun dia berpendapat bahwa perselisihan seperti itu hendaknya tidak
menimbulkan permusuhan di kalangan kaum muslim. Untuk memperkecil perselisihan,
kaum muslim hendaknya tidak mendiskusikan soal-soal khilafah, karena tak ada
nilai praktisnya.
5. Bidang Teologi
Tentang iman, Banna berpendapat bahwa siapa
pun bisa disebut muslim, kalau dia mengaku percaya pada Allah dan kenabian
Muhammad, berbuat sesuai kepercayaannya itu, dan menunaikan kewajiban agama.
Sedangkan kafir adalah orang-orang yang terang-terangan menyatakan murtad,
mengingkari keyakinan dan praktek lazim yang dikenal Islam.
Tentang
relevansi Islam dengan persoalan duniawi, Banna berpendapat bahwa Islam
mendorong keterlibatan aktif di dunia, termasuk penyelidikan ilmiah atas alam
yang membawa kemajuan teknologi. Islam tak bertentangan dunia ilmu pengetahuan
BAB III KESIMPULAN
Hasan
al-Banna dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1906 di desa Mahmudiyah kawasan
Buhairah, Mesir. Nama lengkapnya adalah Hasan bin Ahmad bin Abdurrohman
al-Banna. kemudian menyelesaikan pendidikan dasarnya di Mahmudiyah kemudian
menyempurnakan hafalannya di sekolah diniah al-Rasyad, dan pendidikannya di
Mu’allimin Awwaliyah Damanhur. Pada usia 16 tahun, ia telah menjadi mahasisiwa
diperguruan tinggi Darul Ulum dan menamatkan pendidikannya disana. Ia adalah
pendiri dari Jama’ah Ikwanul Muslimin yang banyak memberikan pengaruh pada
dunia.
Hassan
al-banna merupakan seorang pembaharu abad kedua puluh. Semasa hidupnya, beliau
berpikir keras terhadap berbagai permasalahan dunia islam dan terhadap keadaan
umat islam.
Padahal menurut Al-Banna, Islam cukup mencakup
segala aspek di mana satu dengan lainnya saling terkait dan terintegral. Dalam
rangka mengantisipasi persoalan tersebut, Al-Banna melontarkan gagasan
berupa pendirian sekolah khusus al-Ikhwan al- Muslimun dengan kurikulum
yang ekslusif.
Beliau berkomitmen dengan Islam, baik secara
aqidah, syariah dan sistem kehidupan. Beliau
menjelaskan dakwah dengan berbagai sisi: politis, dakwah, gerakan, penyusunan
strategi dan ekonomi. Beliau memiliki pemahaman politik Islam. (Fiqih Siyasi Islami) yang
dipahami dari pemahaman kalangan intelektual dan ulama islam.
Hassan al-Banna
menekankan pada produktivitas kerja dan kestabilan perekonomian sector riil
ditopang dari produktivitas kerja itu sendiri.
Hasan al-Banna dan juga pembaharu Islam lainnya seperti Jamaluddin
Al-Afgani dan Muhammad Abduh meyakini bahwa kelemahan dan kerentanan muslim
terhadap dominasi Eropa disebabkan penyimpangan kaum muslimin dari Islam
sejati. Banna percaya
bahwa agama hanyalah bagian dari Islam yang juga menggariskan prilaku manusia
dalam kehidupan keseharian.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khatib,
Muhammad A. 2006. Pahlawan itu bernama Al-Banna. Depok: Pustaka Nauka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar