DAKWAH DI LINGKUNGAN MASYARAKAT BIROKRAT
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan III
Dosen Pengampu: Agus Miswanto, M.A.
Disusun Oleh:
Tri Apriliani M. 16.0401.0039
Ema Wijayanti 16.0401.0041
Farida Nur Aini 16.0401.0045
Siti Kholifatul Karimah 16.0401.0047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2018
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dakwah merupakan hal terpenting dalam ajaran
Islam, karena dengan dakwah ajaran agama dapat dilestarikan dan tidak akan
hilang. Dakwah merupakan salah satu usaha yang berupa ajakan dengan sadar dan
terencana untuk mengajak seseorang ataupun agar lebih sadar dan mengamalkan
ajaran Islam pada setiap aspek kehidupan dengan murni dan konsekuen serta pesan
yang disampaikan da’i kepada mad’u tanpa adanya unsur-unsur paksaan.
Dakwah Islam merupakan salah satu kewajiban
umat muslim dalam mewujudkan kehidupan sosial yang baik dalam semua segi
kehidupan hingga tercapainya konsep khairul ummah. Dakwah juga bisa diartikan
sebagai ajakan baik secara lisan maupun tulisan, tingkah laku dan lain
sebagainya
Dalam berdakwah seorang da’i tidak mudah dalam
mengajak mad’u untuk bisa menerima dakwahnya, apalagi dakwah yang dilakukan
seorang da’i yang dilaksanakan di daerah pedesaan yang akan menghadapi
masyarakat kelas atas. Dalam dimensi agama, masyarakat kelas atas umumnya masih
bersifat menganut kepercayaan yang sangat minim. Dalam masyarakat kelas atas
biasanya kehidupan memiliki kesibukan yang tinggi.
Masyarakat kelas atas itu terdapat jarak
hubungan sosial antar penduduknya yang bersifat khas, yakni hubungan
kekeluargaan, bersifat pribadi, tidak banyak pilihan dan kurang tampak adanya
sosial, atau dengan kata lain bersifat pribadi.
Sehingga pemakalah dirasa sangat penting untuk
meneliti bagaimana dakwah dimasyarakat kelas atas. Seorang da’i harus bisa
menggunakan berbagai cara yang bijaksana agar dalam penyampaian ajaran islamnya
kepada masyarakat desa bisa menjadi dakwah yang efektif dan tepat sasaran.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi
Dakwah?
2.
Apa definisi
Birokrat?
3.
Bagaimana
karakteristik Masyarakat Birokrat?
4.
Bagaimana
urgensi dakwah Birokrasi?
5.
Bagaimana
bentuk dan strategi dakwah?
6.
Bagiamana
bentuk dakwah Muhammadiyah?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Dakwah
Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa
Arab, da’a-yad’u-da’watan, yang berarti ajakan atau seruan. Secara
terminologis, dakwah adalah mengajak atau menyeru, baik kepada diri sendiri,
keluarga maupun orang lain, untuk menjalankan semua perintah dan meninggalkan
hal-hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya (Najamuddin, 2008)
Menurut Prof. Toha Yahya Omar, M.A dakwah
adalah Mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
dengan perintah tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan
akhirat”. (Aziz M. A., 2016)
Dalam pengertian yang luas dakwah adalah upaya
untuk mengajak seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) agar memeluk dan
mengamalkan ajaran islam atau untuk mewujudkan ajaran islam ke dalam kehidupam
yang nyata. (Muhammadiyah, 2016)
B.
Definisi
Birokrat (Pemimpin atau Pejabat)
Pemimpin atau pejabat dalam bahasa yang
mencakup lebih luas adalah birokrat, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
disebutkan bahwa birokrat adalah pegewai yang bertindak secara birokratis,
seorang yang menjadi bagian dari birokrasi. Sedangkan birokrasi, yaitu sistem
pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah berdasarkan pada hierarki
dan jenjang jabatan. Birokrasi juga mempunyai makna cara bekerja atau susunan
pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan yang berliku-liku. (KBBI 2005)
Berdakwah di kalangan birokrat, berarti
menyampaikan dakwah kepada orang-orang yang berada di lingkungan instansi
pemerintah atau kantor pemerintahan, baik mereka pegawai negeri sipil (PNS)
biasa maupun pejabat dalam berbagai tingkatannya. Dan, sudah menjadi rahasia
umum, bahwa berurusan dengan birokrasi di negeri ini sangatlah ribet dan
melelahkan, sehingga banyak yang memilih “jalan pintas.” Namun demikian, kita
tak boleh patah arang. Adalah kewajiban kita untuk menyampaikan dakwah Islam
ini kepada berbagai kalangan dan seluruh lapisan masyarakat. Tentu, dengan cara
yang baik, bil hikmah wal mau'izhatil hasanah.
ادْعُ
إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ
وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ
ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.”
Di atas adalah makna pertama. Adapun makna
kedua yaitu, birokrat berdakwah kepada sesama birokrat, di mana dalam hal ini
sang da'i adalah seorang birokrat yang bekerja di lingkungan birokrasi. Jadi,
ini merupakan dakwah internal.
C.
Karakteristik
Masyarakat Birokrat
1.
Kewajiban
– kewajiban organisasi dibagikan kepada bagian-bagian. Setiap bagian menangani
pekerjaan tertentu.
2.
Posisi-posisi
kedudukan dalam organisasi menciptakan struktur yang berjenjang. Setiap jenjang
memiliki tanggung jawab dan wewenang yangtidak sama sebagaimana tingkatan
jabatannya.
3.
Terdapat
sebuah tata kerja atau sistem yang diatur secara pasti. Aturan-aturan itu
menjadi sebuah dasar fungsi dari setiap bagian. Sebagai aturan yang jelas
digariskan, maka jika terjadi pergantian pegawai tidak akan merusak operasional
sebuah organisasi secara keseluruhan.
4.
Ada
sekelompok orang yang duduk dalam staf yang berkewajiban menangani koordinasi
antar bagian dan pengorganisasian kerja.
5.
Hubungan
di antara para pejabat atau pengurus organisasi sifatnya impersonal dan formal.
Dengan cara seperti itu, maka faktor subjektivitas bisa dihilangkan, karena
subjektivitas bisa memberikan pengaruh kualitas kebijakan yang akan dibuat.
Kebijakan yang dipengaruhi subjektivitas dan kepentingan pribadidapat merugikan
organisasi secara keseluruhan dan dapat menimbulkan terjadinya KKN (korupsi,
kolusi, dan nepotisme).
6.
Penerimaan
pegawai dilandaskan pada bidang kualifikasi teknis, bukan atas dasar
pertimbangan politis, hubungan pribadi atau kekerabatan.
D.
Urgensi
dakwah Birokrasi
Dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting
dalam islam. Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia. tanpa dakwah islam
akan semaikin jauh dari masyarkat dan akan lenyap dari permukaan bumi (Aziz M. A.,
2004) .
Sifat dakwah tak pandang bulu. Dakwah disampaikan kepada siapa pun tanpa
kecuali, bahkan kepada non muslim sekalipun. Khusus dakwah kepada pemerintah
dan penguasa, ia mempunyai keutamaan tersendiri dan maslahat yang sangat besar.
Bagaimanapun dakwah akan lebih leluasa dan relatif berjalan lebih baik manakala
mendapatkan dukungan dari penguasa. Dan, munculnya penguasa yang adil inilah
sesungguhnya di antara tujuan dakwah di kalangan birokrat.
Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
سَبْعَةٌ
يُظِلُّهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا
ظِلُّهُ إِمَامٌ عَادِلٌ
“Ada
tujuh golongan yang akan dinaungi Allah pada hari kiamat dalam lindungan-Nya di
hari tiada perlindungan kecuali perlindungan-Nya, yaitu;
penguasa yang adil.
Setidaknya, ada empat alasan pentingnya
dakwah di kancah birokrasi ini. Pertama; menghilangkan atau meminimalisasi
kemungkaran yang ada di lingkungan pemerintahan, baik tingkah laku orangnya
maupun “kebijakan-kebijakan”nya. Kedua; memasukkan dan mewarnai pemerintahan
dengan kebaikan, baik pada personnya maupun ketetapan-ketetapannya. Ketiga;
mendekatkan mereka kepada Islam agar lebih mengenal ajaran-ajarannya serta mau
menerapkan syariatnya, mengerjakan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang
dilarang. Dan keempat; diharapkan jika pemerintahnya baik, maka akan baik pula
rakyatnya.
Semakin besar kecenderungan dan ghirah penguasa
terhadap Islam, tentu pengaruhnya sangat besar bagi rakyat yang dipimpinnya,
sebagaimana sebuah ungkapan terkenal mengatakan :
صِنْفَانِ مِنَ أُمَّتِي إِذَا صَلَحَا صَلَحَ
النَّاسُ وَإِذَا فَسَدَا فَسَدَ النَّاسُ : الْعُلَمَاءُ وَالْأُمَرَاءُ
“Dua
golongan dari umatku yang jika keduanya baik, maka baik pula orang-orang. Dan,
apabila keduanya rusak, maka rusaklah orang-orang. Mereka yaitu para ulama dan penguasa.
E.
Bentuk dan
Strategi Dakwah
Pada garis besarnya, bentuk dakwah ada tiga
1.
Da’wah
bil lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan,
yang dilakukan antara lain dengan ceramah- ceramah, khutbah, diskusi, nasihat,
dan lain- lain.
2.
Da’wah
bil hal yaitu dakwah dengan perbuatan yang nyata dimana
aktivitas dakwah dilakukan melalui keteladanan dan tindakan amal nyata.
Misalnya dengan tindakan amal karya nyata yang dari karya nyata tersebut
hasilnya bisa dirasakan secara konkret oleh masyarakat sebagai objek dakwah.
3.
Da’wah
bil qalam yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan
dengan keahlian menulis di surat kabar, majalah, buku, maupun internet.
Berdasarkan ketiga bentuk dakwah tersebut maka
metode dan teknik dakwah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Metode
Ceramah
Metode
ceramah ini telah dipakai oleh semua Rasul Allah dalam menyampaikan ajaran
Allah. Sampai sekarang pun masih merupakan metode yang paling sering digunakan
oleh para pendakwah sekalipun alat komunikasi modern telah tersedia. Ibadah
shalat jum’at juga tidak sah jika tidak disertai ceramah agama yaitu khutbah
jum’at. Ia telah ditentukan waktu, tempat dan unsur- unsur yang harus dipenuhi
sesuai dengan aturan yang ada dalam hadits dan kitab-kitab fiqih. Oleh sebab
itu, metode ini disebut public speaking (berbicara didepan publik).
Sifat komunikasinya lebih banyak searah (monolog) dari pendakwah ke audiensi,
sekalipun sering juga diselingi atau diakhiri dengan komunikasi dua arah
(dialog) dalam bentuk tanya jawab.
2.
Metode
Diskusi
-
Menurut
Zakiah Darajat : metode ini dimaksudkan untuk mendorong mitra dakwah berpikir
dan mengeluarkan pendapatnya serta ikut menyumbang dalam suatu masalah agama
yang terkandung banyak kemungkinan-kemungkinan jawaban.
-
Menurut
Abdul Kadir Munsyi : mengartikan diskusi dengan perbincangan suatu masalah di
dalam sebuah pertemuan dengan jalan pertukaran pendapat diantara beberapa
orang.
Dapat di
ambil kesimpulan bahwa diskusi sebagai metode dakwah adalah bertukar pikiran
tentang suatu masalah keagamaan sebagai pesan dakwah antar beberapa orang dalam
tempat tertentu.
Dalam
berdiskusi seorang pendakwah sebagai pembawa misi islam haruslah dapat menjaga
keagungan namanya dengan menampilkan jiwa yang tenang, berhati-hati, cermat dan
teliti dalam memberikan materi dan memberikan jawaban atas sanggahan peserta.
3.
Metode
Konseling
Konseling
adalah pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana seorang
(konselor) berusaha membantu yang lain untuk mencapai pengertian tentang
dirinya sendiri dalam hubungannya dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada
saat ini dan pada waktu yang akan datang.
4.
Metode
Karya Tulis
Metode
karya tulis merupakan buah dari ketrampilan tangan dalam menyampaikan pesan
dakwah. Ketrampilan tangan ini tidak hanya melahirkan tulisan, tetapi juga
gambar atau lukisan yang mengandung misi dakwah.
5.
Metode
Pemberdayaan Masyarakat
Metode
pemberdayaan masyarakat yaitu dakwah dengan upaya untuk membangun daya, dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang di miliki serta berupaya untuk
mengembangkannya dengan dilandasi proses kemandirian.
6.
Metode
Kelembagaan
Metode
kelembagaan yaitu pembentukan dan pelestarian norma dalam wadah organisasi
sebagai instrumen dakwah. Untuk mengubah perilaku anggota melalui intstitusi.
Misalnya pendakwah harus melewati proses fungsu-fungsi manajemen yaitu
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian. (Aziz M. A., 2016)
F.
Bentuk
dakwah Muhammadiyah
Sejak kelahiran Muhammadiyah, konsep dakwah
mengalamai perluasan makna dan cakupan. Dakwah tidak lagi sebatas dan identik
dengan berceramah. Aktivitas yang terkait dengan penyelenggaraan rumah sakit,
pendidikan, panti sosial dan tentu saja aktivitas penyelenggaraan pengajian dan
pengkajian serta berceramah adalah dakwah. Semua aktivitas yang dilakukan oleh
Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yag sebenar-benarnya, adalah
dakwah. Aktivitas dakwah kemudian dilembagakan dan diorganisir secara permanen
oleh Muhammadiyah.
Beberapa pilihan dapat dilakukan Muhammadiyah
untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah.
1.
Melakukan
revitalisasi keluarga. Al-Qur’an surat al-Hasyr (66) ayat 7 menegaskan
keharusan memelihara dan menjaga diri dan keluarga. Artinya, perintah untuk
melakukan revitalisasi dakwah secara terus menerus dan berkelanjutan dari diri
dan keluarga. Keluarga, sebagimana dipandukan dalam Pedoman Hidup Islami
Muhammadiyah, difungsikan sebagai:
a.
media
sosialisasi nilai-nilai ajaran Islam
b.
kaderisasi;
sebagai pelansung dan penyempurna gerakan da’wah,
c.
sebagai
media pemberian keteladanan dan pembiasaan amal Islami,
d.
media
penciptaan suasa dan kehidupan islami dalam bentuk membangun pergaulan yang
saling mengasihi, menyayangi, saling menghargai danmenghormati, memelihara
persamaan hak dan kewajiban
2.
Seperti
yang telah diungkapkan di atas tentang kedahsyatan pengaruh media elektronik
dan teknologi informasi dalam membentuk pola pikir dan prilaku masyarakat,
merupakan keniscayaan dakwah Muhammadiyah memanfaatkan media elektronik dan
teknologi informasi. Saatnya Muhammadiyah mulai berdakwah melalui dunia maya
sumpama lewat facebook, bolgger dan sebangsanya. Dalam pemanfaatan media
elektronik, mungkin Muhammadiyah dapat mengambil bagian dalam mengisi acara
tertentu di televisi lokal yang pada masa mendatang akan banyak dikembangkan.
3.
Melakukan
sinergi dengan berbagai majlis dan lembaga di lingkungan Muhammadiyah.
Sebenarnya Muhammadiyah mempunyai obyek dakwah yang tidak pernah kering. Mereka
datang ke Muhammadiyah, baik ketika sakit yang ditampung oleh balai pengobatan
Muhammadiyah, atau sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah. Selama ini,
mereka belum secara maksimal dijadikan sebagai obyek dakwah betapapun
Muhammadiyah telah menegaskan semua amal usaha yang dimiliki adalah media
dakwah Muhammadiyah. Sinergi dengan berbagai majlis dan lembaga dapat membantu
terselenggaranya aktivitas dakwah secara maksimal.
BAB III KESIMPULAN
Dakwah adalah usaha dan perjuangan merubah
situasi yang tidak diridhai Allah kepada yang diridhai Allah. Sedangkan birokrat
adalah pegawai yang bertindak secara birokratis, seorang yang menjadi bagian
dari birokrasi. Sehingga berdakwah di kalangan birokrat, berarti menyampaikan
dakwah kepada orang-orang yang berada di lingkungan instansi pemerintah atau
kantor pemerintahan, baik mereka pegawai negeri sipil (PNS) biasa maupun
pejabat dalam berbagai tingkatannya.
Khusus dakwah kepada pemerintah dan penguasa,
ia mempunyai keutamaan tersendiri dan maslahat yang sangat besar. Bagaimanapun
dakwah akan lebih leluasa dan relatif berjalan lebih baik manakala mendapatkan
dukungan dari penguasa. Dan, munculnya penguasa yang adil inilah sesungguhnya
di antara tujuan dakwah di kalangan birokrat. Hal tersebut menjadi tantangan
tersendiri bagi para mubaligh dengan kondisi masyarakat dengan kemapanan,
ekonomi bagus, dan kecenderungan untuk korupsi.
Secara garis besar metode dakwah dibagi menjadi
tiga bentuk yaitu da’wah bil lisan, da’wah bil hal, da’wah bil qalam. Konsep
dakwah mengalamai perluasan makna dan cakupan. Dakwah tidak lagi sebatas dan
identik dengan berceramah. Aktivitas yang terkait dengan penyelenggaraan rumah
sakit, pendidikan, panti sosial dan tentu saja aktivitas penyelenggaraan
pengajian dan pengkajian serta berceramah adalah dakwah. Semua aktivitas yang
dilakukan oleh Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yag
sebenar-benarnya, adalah dakwah. Aktivitas dakwah kemudian dilembagakan dan
diorganisir secara permanen oleh Muhammadiyah.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber Buku:
Aziz, M. A.
(2004). Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media.
Aziz, M. A. (2016). Ilmu
Dakwah Edisi Revisi. Jakarta: Prenadamedia.
KBBI 2005.
Muhammadiyah, P. (2016). Dakwah
Kultural Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Najamuddin. (2008). Metode
Dakwah Menurut Al Qur'an. Yogyakarta : Pustaka Insan.
Sumber Internet:
Nur amelia , “ciri – ciri sebuah birokrasi
dalam kajian sosiologi” diakses dari,
http://gurupintar.com/threads/sebutkan-ciri-%E2%80%93-ciri-sebuah-birokrasi-dalam-kajian-sosiologi.6388/ , pada
tanggal 18 desember pukul 12.55 WIB
Nur Aminuddin, “Dalam Pembinaan Ummat
Di Tengah Dinamika Masyarakat Saat Ini” diakses dari ,
Di Tengah Dinamika Masyarakat Saat Ini” diakses dari ,
https://z4lf4.wordpress.com/2010/01/10/model-dan-strategi-dakwah-muhammadiyah-dalam-pembinaan-ummat/, pada tanggal 18 Desember pukul 13.00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar