Kamis, 11 Januari 2018

FILSAFAT ILMU (OBJEK ILMU, PENGELOMPOKAN ILMU, PENJELASAN ILMIAH, DAN SIKAP ILMIAH)

FILSAFAT ILMU

(OBJEK ILMU, PENGELOMPOKAN ILMU, PENJELASAN ILMIAH, DAN SIKAP ILMIAH)
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu: Dr. Suliswiyadi, M.Ag.

 
  
   Disusun Oleh:

Nur Rochman                                16.0401.0062
Jery Muhammd Firmanda   16.0401.0054
Ma’ruf Wachid Maulana                16.0401.0012
Nola Noor Indah                           16.0401.0055
Ema Wijayanti                               16.0401.0041
Siti Kholifatul Karimah                   16.0401.0047


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2017




PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Filsafat ilmu ialah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya. Dengan kata lain, filsafat ilmu sesungguhnya merupakan suatu penyelidikan lanjutan. Karena, apabila para pemyelenggara berbagai ilmu melakukan penyelidikan terhadap obyek-obyek serta masalah- masalah yang berjenis khusus dari masing-masing ilmu itu sendiri, maka orang pun dapat melakukan penyelidikan lanjutan terhadap kegiatan-kegiatan ilmiah tersebut, dengan mengalihkan perhatian dari obyek-obyek yang sebenarnya dari penyelidikan ilmiah kepada proses penyelidikannya sendiri, maka muncullah suatu matra baru. Segi-segi yang menonjol serta latar belakang segenap kegiatan menjadi tampak. Berangkat dari sini menjadi jelas pula saling hubungan antara objek-objek dengan metode-metode, antara masalah-masalah yang hendak di pecahkan dengan tujuan penyelidikan ilmiah, antara pendekatan secara ilmiah dengan pengolahan bahan-bahan secara ilmiah. Dan memang filsafat ilmu merupakan suatu bentuk pemikiran secara mendalam yang bersifat lanjutan. Maka dari itu pembahasan mengenai filsafat ilmu harus terus berlanjut.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian dan macam-macam objek ilmu?
2.      Bagaimana pembagian dan pengelompokan objek ilmu?
3.      Bagaimana penjelasan ilmu?
4.      Bagaimana sikap ilmiah dalam filsafat ilmu?




BAB II

 PEMBAHASAN


A.     Objek Ilmu

Objek adalah wilayah garap suatu ilmu. Objek pokok filsafat ilmu meliputi objek material dan objek formal. Objek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan meliputi manusia, dunia, dan akhirat. Sedangkan objek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas objek material yang demikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Objek formal filsafat ilmu akan menelaah masalah konfirmasi dan logika.  (Endraswara 2013).
Perbedaan objek setiap ilmu itulah yang membedakan ilmu satu dengan lainnya terutama objek formalnya. Misalnya ilmu ekonomi dan sosiologi mempunyai objek material yang sama yaitu manusia, namun objek formalnya jelas berbeda, ekonomi melihat manusia dalam kaitannya dengan upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan sosiologi dalam kaitannya dengan hubungan antar manusia. (Suliswiyadi 2016)

B.     Pembagian dan Pengelompokan Objek Ilmu

Pada zaman purba dan abad pertengahan, pembagian ilmu dan pengetahuan berdasarkan  “artis liberlis”  atau kesenian yang terbuka, yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.      Trivium yang terdiri dari :
a.       Gramatika, bertujuan agar manusia dapat berbahasa dengan baik.
b.      Dialektika, bertujuan agar orang berfikir baik, formal dan logis.
c.       Retorika, bertujuan agar orang bercakap dan berpidato dengan baik.
2.      Quadrivium yang terdiri dari :
a.       Aritmetika, ilmu hitung
b.      Geometrika, ilmu ukur
c.       Musika, ilmu musik
d.      Astronomis, ilmu perbintangan
Menurut pembagian klasik
a.       Natural Sciences (kelompok ilmu alam)
b.      Social Sciences (kelompok ilmu sosial)
Menurut Prof. DR. C. A. Van Peurson
a.       Ilmu pengetahuan kemanusiaan
b.      Ilmu pengetahuan alam
c.       Ilmu pengetahuan hayat
d.      Ilmu pengetahuan logik dan deduktif
Menurut undang-undang pokok pendidikan tentang perguruan tinggi di Indonesia nomor 22 tahun 1961
a.       Ilmu agama/ kerohanian
1)      Agama
2)      Jiwa
b.      Ilmu Kebudayaan
1)      Sastra
2)      Sejarah
3)      Pendidikan
4)      Filsafat
c.       Ilmu sosial
1)      Hukum
2)      Ekonomi
3)      Sosial-politik
4)      Ketatanegaraan ketataniagaan
d.      Eksakta dan teknik
1)      Hayat
2)      Kedokteran
3)      Farmasi
4)      Kedokteran hewani
5)      Pertanian
6)      Pasti alam
7)      Teknik
8)      Geologi
9)      Oseanografi
Pembagian ilmu sebagaimana dikemukakan di atas mesti dipandang sebagai kerangka dasar pemahaman, hal ini tidak lain karena pengetahuan manusia terus berkembang sehingga memungkinkan tumbuhnya ilmu-ilmu baru, sehingga pengelompokan ilmu pun akan terus bertambah seiring dengan perkembangan tersebut, yang jelas bila dilihat dari objek materialnya ilmu dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok saja, yaitu ilmu yang mengkaji/menelaah alam dan ilmu yang menelaah manusia, sementara variasi penamaannya tergantung pada objek formal dari ilmu itu sendiri.

C. Penjelasan Ilmiah (Scientific Explanation)

Sesuai dengan fungsinya untuk memberikan penjelasan tentang berbagai gejala, baik itu gejala alam maupun gejala sosial, maka ilmu mempunyai peranan penting dalam memberikan pemahaman tentang berbagai gejala tersebut. Semua orang punya kecenderungan untuk mencoba menjelaskan sesuatu gejala, namun tidak semua penjelasan tersebut merupakan penjelasan ilmiah (scientific explanation), mengingat penjelasan ilmiah (penjelasan yang mengacu pada ilmu).
Di kalangan ilmuwan terdapat sedikit perbedaan pendapat mengenai masalah apakah sebenarnya yang hendak dicapai oleh ilmu-ilmu empirik. Yang hendak dicapainya adalah menetapkan, menggambarkan serta akhirnya menjelaskan atau menafsirkan gejala-gejala tertentu dalam pengalaman yang diselidikinya.
Sebuah penjelasan ilmiah memberikan penjelasan atas pertanyaan, mengapa sesuatu hal terjadi atau berlangsung seperti yang terjadi atau berlangsung, atau seperti yang pernah terjadi, pernah berlangsung. Jawaban semacam itu kita sebut ilmiah karena dapat dipertanggungjawabkan secara teoritik serta didukung oleh penyelidikan.
Ilmiah merupakan suatu kualifikasi positif. Ilmiah berarti bahwa jawaban-jawaban yang bersifat demikian itu memberikan kesan yang mendalam bahkan jawaban-jawaban tersebut dapat dipercaya serta mempunyai dasar yang kokoh, karena tidak bersifat sertamerta dan untung-untungan, melainkan merupakan hasil cara-cara kerja yang bersifat sistematik. Ilmu empirik tidaklah memberikan keputusan bahwa sesuatu hal berlaku sekali dan untuk selamanya, dan tidak dapat diragukan lagi, hasil-hasil kegiatannya bersifat sementara tidak hanya dalam arti masih dapat dilengkapi, melainkan juga dalam arti masih dapat diperbaiki dan bahkan masih dapat ditumbangkan.
Dapatlah dikatakan bahwa pemberian penjelasan merupakan penjelasan yang tertinggi yang hendak dicapai oleh imu-ilmu empirik. Hal ini merupakan jangkauan yang lebih jauh dibandingkan dengan deskripsi serta konstatasi mengenai apa yang terjadi serta bagaimana sesuatu terjadi. Seorang ilmuan harus pertama-tama menetapkan bagi dirinya sendiri mengenai apakah yang ingin diketahuinya.pada umumnya yang demikian ini menyangkut lingkungan objek yang ditangani oleh profesinya.
Maka dari itu penjelasan ilmiah adalah penjelasan pernyataan-pernyataan mengenai masing-masing karakteristik sesuatu serta hubungan-hubungan yang terdapat diantara karakteristik tersebut, yang diperoleh melalui cara sistematis, logis, dapat dipertanggung jawabkan, serta terbuka/dapat diuji kebenarannya. Dengan demikian penjelasan ilmiah merupakan penjelasan yang merujuk pada suatu kerangka ilmu, baik itu teori maupun fakta yang sudah mengalami proses induksi. Berikut adalah jenis penjelasan ilmiah:
1.      Genetic explanation. Yaitu penjelasan tentang sesuatu gejala dengan cara melacak sesuatu tersebut dari awalnya atau asalnya.
2.      Intentional explanation. Yaitu penjelasan tentang sesuatu gejala dengan melihat hal-hal yang mendasarinya atau yang menjadi tujuannya.
3.      Dispositional explanation. Yaitu penjelasan tentang suatu gejala dengan melihat karakteristik atau sifat dari gejala tersebut.
4.      Reasoning explanation (explanation through reason). Yaitu penjelasan  yang dihubungkan dengan alasan mengapa sesuatu itu terjadi atau sesuatu itu dilakukan.
5.      Functional explanation. Yaitu penjelasan  dengan melihat suatu gejala dalam konteks keseluruhan dari suatu sistem atau gejala yang lebih luas.
6.      Explanation through empirical generalization. Yaitu penjelasan yang dibuat dengan cara menyimpulkan hubungan antara sejumlah gejala.
7.      Explanation through formal theory. Yaitu penjelasan yang menekankan pada adanya aturan , hukum atau prinsip yang umumnyerbentuk melalui deduksi.

D. Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah adalah suatu pandangan seseorang terhadap cara berfikir yang sesuai dengan metode keilmuan, sehingga timbullah kecenderungan untuk menerima ataupun menolak terhadap cara berpikir yang sesuai dengan  keilmuan tersebut. Seorang ilmuan harus memiliki sikap yang positif, atau kecenderungan untuk menerima cara berpikir yang sesuai dengan metode keilmuan, yang dimanifestasikan di dalam kognisinya, emosi atau perasaannya, serta di dalam perilakunya.
Ada beberapa sikap ilmiah yang perlu dimiliki oleh seorang ilmuan seperti yang dikemukakan oleh Prof. Drs. Harsojo sebagai berikut:
1.        Obyektifitas
Artinya ia berpikir harus sesuai dengan obyeknya, dengan peristiwa, atau benda-benda yang memang ia pelajari, yang ia selidiki. Tidak keluar dari apa yang ada pada obyek yang ia pelajari. Seorang ilmuan berpikir obyektif, akan menjauhkan penilaian yang subyektif yang dipengaruhi nilai-nilai kedirian, keinginan, harapan-harapan, serta dorongan-dorongan pribadinya.
2.    Sikap serba relatif
Sikap relatif merupakan suatu keharusan dalam ilmu, karena ilmu hanya berhubungan dengan dunia fenomena yang penuh dengan perubahan, selalu mengalami perkembangan. Ilmu tidak mencoba mencari sesuatu yang mutlak. Yang mutlak bukan lapangan ilmu, itu dipelajari pada filsafat yang pada akhirnya akan bermuara kepada agama. Hal ini tidak berarti bahwa ilmu harus dipisahkan dari filsafat apalagi dari agama.
Dalam ilmu tidak mengenal kemutlakan, dalam arti apa yang dihasilkan ilmu sekarang, dapat digugurkan oleh hasil penemuan-penemuan barunya. Apalagi dalam ilmu-ilmu sosial sangat rawan kalau kita sampai kepada pengertian mutlak. Suatu hasil penelitian dapat diterapkan di Jawa Barat, namun belum tentu dapat diterapkan di Sulawesi, apalagi luar Indonesia.
3.    Sikap skeptif
Sikap skeptif artinya memiliki pandangan yang ragu-ragu terhadap suatu ide. Menurut Rene Descartes keraguan itu tidak hanya kepada masalah-masalah yang belum cukup kuat dasar pembuktiannya, bahkan kepada ide atau yang telah kita milikipun harus ragu-ragu. Maka karena itu seorang ilmuwan berhubungan dengan sikap skeptif ini, dia harus hati-hati dan teliti dalam mengambil suatu keputusan akhir, dalam memberikan pernyataan dan penilaian ilmiah.
Dengan keraguan ini biasanya seorang ilmuwan akan lebih bersikap kritis terhadap sesuatu atau peristiwa, tidak akan mudah untuk mengikatkan dengan suatu paham atau politik tertentu.
4.    Kesabaran intelektual
Suatu penelitian ilmiah memerlukan kesabaran untuk mengumumkan hasilnya tidak tergesa-gesa. Bekerja dalam ilmu harus sistematis, teliti dan tekun. Hal ini jangan ada suatu kesimpulan yang kontroversi sebagai contoh misalnya, para ahli lemari es dengan hasil eksperimennya yang begitu lama dan teliti, menghasilkan tabung yang berisi freon, yang menurut sifatnya refrigeran freon yang beredar dipasaran (dalam lemari es) tidak beracun, tidak korosif, tidak iritasi, dan tidak terbakar dalam semua keadaan penggunaan (Laporan laboratorium teknik kondisi lingkungan fisika hidup ITB). Namun kita dikejutkan dengan suatu laporan ilmiah juga (karena hasil penelitian laboratorium) bahwa suatu ledakan yang menghancurkan lima bangunan rumah dan menewaskan enam manusia berasal dari tabung freon lemari es yang terbakar. Apakah ini suatu penelitian yang tidak seksama, atau keputusan yang dipengaruhi emosi-emosi.
Peristiwa diatas harus kita kembalikan bahwa tidak ada yang mutlak dalam ilmu, jadi relatif, maka ilmuwan harus terbuka untuk mengadakan penelitian kembali apakah betul freon bisa meledak atau tidak.  Dan disinilah dibutuhkan suatu kesabaran intelektual.
5.   Kesederhanaan
Kesederhanaan merupakan sikap ilmiah, artinya sederhana dalam cara berpikir, dalam cara menyatakan, dalam cara pembuktian. Bahasa yang dipergunakan harus jernih, jelas dan terang, tidak menggambarkan emosional peneliti yang akhirnya dapat mengaburkan hasil penelitiannya sendiri.
6.   Sikap tidak memihak kepada etik
Etika berbeda dengan psikologi, antropologi, dan sosiologi. Ilmu tidak mengadakan penilaian tentang baik dan buruknya sesuatu yang diteliti. Ilmu hanya mengajukan deskripsi benar atau salah secara relatif. Namun pada akhirnya kalau sampai kepada penggunaan hasil ilmu tadi tetap akan berhubungan dengan etika tertentu. Misalnya seorang ahli fisika nuklir, sewaktu membuat bom nuklir tidak dipengaruhi oleh nilai etika tertentu, semata-mata dibina oleh pengetahuan teknis dalam ilmu fisika. Dia tidak akan berhasil membuat bon atom seandainya dia memperhitungkan niulai-nilai politik, nilai religi, perhitungan psikologis, sosiologis dan sebagainya. Namun pada akhirnya kalau ditanyakan bagaimana penggunaan bom atom itu, ia diharuskan mengambil sikap yang mengandung penilaian etik atau religi.
Dengen demikian beberapa pokok yang menjadi ciri sikap ilmiah yaitu : objektif, terbuka, rajin, sabar, tidak sombong, dan tidak memutlakan suatu kebenaran ilmiah. Ini berarti bahwa ilmuwan dan para pencari ilmu perlu terus memupuk sikap tersebut dalam berhadapan dengan ilmu, karena selalu terjadi kemungkinan bahwa apa yang sudah dianggap benar hari ini seperti suatu teori, mungkin saja pada suatu waktu akan digantikan oleh teori lain yang mempunyai atau menunjukan kebenaran baru.



BAB III

KESIMPULAN


Objek adalah wilayah garap suatu ilmu. Objek pokok filsafat ilmu meliputi objek material dan objek formal. Objek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi). Sedangkan objek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas objek material.
Pembagian ilmu dikemukakan  oleh berbagai tokoh dan sudut pandang hal ini karena pengetahuan manusia terus berkembang sehingga memungkinkan tumbuhnya ilmu-ilmu baru, sehingga pengelompokan ilmu pun akan terus bertambah seiring dengan perkembangan tersebut.
Penjelasan ilmiah adalah penjelasan pernyataan-pernyataan mengenai masing-masing karakteristik sesuatu serta hubungan-hubungan yang terdapat diantara karakteristik tersebut, yang diperoleh melalui cara sistematis, logis, dapat dipertanggung jawabkan, serta terbuka/dapat diuji kebenarannya.
Beberapa pokok yang menjadi ciri sikap ilmiah yaitu : objektif, terbuka, rajin, sabar, tidak sombong, dan tidak memutlakan suatu kebenaran ilmiah. Ini berarti bahwa ilmuwan dan para pencari ilmu perlu terus memupuk sikap tersebut dalam berhadapan dengan ilmu, karena selalu terjadi kemungkinan bahwa apa yang sudah dianggap benar hari ini seperti suatu teori, mungkin saja pada suatu waktu akan digantikan oleh teori lain yang mempunyai atau menunjukan kebenaran baru.



DAFTAR PUSTAKA


Beerling,dkk. 1997. Pengantar Filsafat Ilmu, diterjemahkan oleh: Soejono Soemargono. Yogyakarta: PT.Tiara Wacana Yogya
Salam,Burhanuddin. 2005. Pengantar Filsafat. Jakarta: PT.Bumi Aksara
Salam,Burhanudin. 2000. Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. Jakarta: PT.Asdi Mahasatya
Buku Modul Kuliah “Pengantar Filsafat Ilmu”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Tentang, Aku, Kau dan Ilmu

بسم الله الرحمن الرحيم   Syarat-syarat mencari ilmu اَلاَ لاَتَنَالُ الْعِلْمَ اِلاَّ بِسِتَّةٍ # سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِب...

Popular